Clock

Rabu, 25 April 2018

Ada Yang Salahkah Dengan Sistem Pendidikan Kita .....?


            Ada Yang Salahkah Dengan Sistem Pendidikan Kita Khusunya di Negara kita
   Rasanya ada yang keliru dengan system pendidikan kita saat ini khususnya di Negara kita apa itu …? Anak-anak dikirim ke sekolah untuk belajar menghadapi dunia nyata yang kenyataan berubah dengan sangat cepat akan tetapi di sekolah tidak banyak berubah selama ratusan tahun masih ragu dan bahkan malas untuk merubah diri agar pembelajaran menyenangkan dengan melibatkan peserta didik dalam menggali materi yang diajarkan. Saat ini, masih banyak pendidik-pendidik yang tidak menerapkan pembelajaran berpusat pada peserta didik, seperti system pendidikan yang dirancang di era industri yaitu pembelajaran berpusat pada pendidik, yang mana peserta didik harus mau mengikuti aturan-aturan yang dibuat dan tidak diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakat sesuai dengan keinginannya.
1.      Nilai usia industri
Sistem pendidikan di Indonesia dari dahulu hingga sekarang masih menerapkan sistem yang telah dirancang di era industri meskipun telah berlaku kurikulum terbaru, yang mana peserta didik diperlakukan sama, diberikan materi yang sama, dan pengalaman yang sama natara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Peserta didik diperlakukan seperti barang yang di produksi oleh pabrik yang memiliki kesamaan yang sama, yang harus diberikan perlakuan yang sama. Sistem di Indonesia masia menerapkan hal ini, kemungkinan tidak efektifnya jam pelajaran dan juga tidak bisa kondusifnya kelas saat pembelajaran berlangsung. Peserta didikpun diberikan banyak tugas dengan mengatur kehidupan mereka dengan dibatasi oleh bunyi lonceng yang sering diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Pembelajaran dilakukan sesuai degan petunjuk yang dibuat oleh pendidik. Kebanyakan peserta didik mengalami hal ini di kelas, saat peserta didik masuk ke kelas setelah lonceng berbunyi peserta didik biasanya diperintahkan untuk “duduk, ambil buku, buka buku, kerjakan tanpa berbicara”. Padahal berbicaranya mereka sebenarnya berinteraksi antara peserta didik satu dengan peserta didik lain mengenai materi yang belum bisa dipahami oleh peserta didik tersebut. Hal ini sama seperti kegiatan/pekerjaan di pabrik, keberhasilan yang bergantung pada instruksi dan melakukan sesuai dengan perintah atasan. Namun, di era modern saat ini peserta didik dituntut kreatif, dapat mengembangkan ide-ide, dapat berkolaborasi dengan orang lain, tetapi peserta didik-peserta didik tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut dalam sistem sekolah yang didasarkan pada nilai-nilai sistem pendidikan di era industri.
2.      Kurangnya Otonomi
Di sekolah peserta didik kurang mempunyai otonomi (kebebasan melakukan sesuatu yang diinginkan) dan kontrol. Setiap menit kehidupan peserta didik dikontrol ketat oleh peserta didik yang telah dibuat oleh sekolah. Pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan sistem aturan yang telah dibuat, hanya saja waktu diketahui dengan berbunyinya lonceng setiap pergantian mata pelajaran. Misalnya jam pertama mata pelajaran matematika, maka peserta didik harus belajara matematika terlebih dahulu baru pelajaran selanjutnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Akan tetapi, saat ini, jika kita akan melakukan sesuatu hal maka kita harus merancang/menyususn sendiri hal-hal-hal yang akan kita lakukan, mengambil keputusan sendiri apa yang dilakukan oleh diri sendiri, dan menjadwal waktu yang harus dilakukan, namun, di dalam pendidikan peserta didik seakan mendapatkan pesan bahwa peserta didik tidak bertanggungjawab atas kehidupan mereka, karena mereka hanya saja perlu mengikuti aturan yang telah ditetapkan bukan mengambil alih sesuai dengan kehidupan dan minat belajar peserta didik.
Menurut para ahli, otonomi bagi anak-anak sangatlah penting, karena sesuatu hal yang dilakukan sesuai dengan minat dan keinginan pastilah menyenangkan karena jika tidak ada otonomi bagi anak-anak maka sesuatu hal yang dilakukan/dihadapi pasti mengalami kebosanan dan bahkan kehilangan motivasi untuk bersekolah.
3.      Pembelajaran tidak autentik
Sebagian besar sistem pembelajaran yang diterapkan adalah peserta didik dipaksa untuk menghafal suatu pelajaran yang diajarkan. Misalnya, pembelajaran matematika tentang perkalian, peserta didik tidak diajak secara langsung namun mereka belajar secara abstrak dengan menuliskan angka-angka perkalian di papan tulis dan harus disalin peserta didik di buku catatan lalu menghafalkan perkalian tersebut. Hal ini merupakan tuntutan masyarakat yang mengakibatkan pengetahuan harus dimiliki dan dipahami peserta didik tanpa tertinggal satu pengetahuan pun, memang pengetahuan haruslah didapatkan oleh seluruh peserta didik, akan tetapi pemahaman peserta didik akan pengetahuan yang didapat sangatlah berbeda-beda, dan setiap bulan pengetahuan ini diukur dengan menggunakan tes/ujian. Dengan dilakukannya ujian seperti ini mengakibatkan belajar peserta didik tidak otentik karena harus memahami lagi pengetahuan-pengetahuan yang telah didapat pada malam harinya atau biasa masyarakat menyebutkan sistem kebut semalam (sks), dan sebagian besar setalah ujian berlangsung pengetahuan-pengetahuan yang mereka pelajari dan pahami hilang seketika seperti tidak memiliki pengetahuan sama sekali di dalam otaknya. Pada nyatanya tuntutan harus mendapatkan nilai baik adalah dari orang tua dan pendidik. Sebenarnya peserta didik tidak menginginkan hal seperti ini terjadi pada dirinya, sebenarnya peserta didik juga menginginkan banyak pengetahuan namun kemampuan dan perlakkuan yang menyebabkan peserta didik belum berhasil akan pengetahuan yang didapatkan. Hal ini telah menciptakan sebuah budaya yang tidak baik bagi peserta didik, orang tua, dan pendidik, karena peserta didik dituntut harus memiliki pemikiran yang lebih unggul dari orang lain. Peserta didik menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghafal dan dengan cepat mereka juga melupakannya dengan segera, karena pembelajaran yang dia alami tidak berkesan dan menyenangkan, sehingga daya ingat peserta didik tersebut tidak tajam dan peserta didik tidak dilibatkan secara langsung dalam memahami materi dan tidak diberikan contoh-contoh yang nyata yang mudah dipahami oleh peserta didik.
4.      Ruang tidak sesuai minat
Tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan minat dan hobi peserta didik, yang mana kita memiliki sistem sekolah yang seperti itu. Setiap anak harus belajar dengan yang sama pada waktu yang sama dan dengan cara yang sama pula, hal ini tidak sesuai dengan kodrat manusia sesuai dengan jenjang, kemampuan, umur, bahwa setiap manusia adalah individu yang unik dan berbeda dengan cara kita sendiri. Seorang anak memiliki minat dan hobi yang berbeda karena setiap individu memiliki keinginan yang berbeda dari orang lain. Sebenarnya yang menjadi kunci kebahagiaan individu adalah ketika individu tersebut menemukan minat tersendiri yang sesuai dengan dirinya. Sebagian sistem pembelajaran disekolah belum bisa membantu minat-minat dan keinginan peserta didik dalam mengembangkan minat dan hobinya. Banyak peserta didik berpikir bahwa “apa keahlianku? Apa aku dapat melakukannya? Apakah keahlianku telah sesuai dengan kebutuhan?”. Sistem ini kebanyakan tidak dipedulikan dalam sistem sekolah, karena peserta didik akan gagal meskipun dia berbakat, namun sistem pembelajaran yang kurang menarik dan masih menerapkan sekolah tradisional. Tidak semua orang bisa mengatasi kegagalan ini, karena tidak semua orang memiliki ukuran seberapa banyak bakat dan potensi tidak diakui dalam sistem sekolah saat ini.
5.      Bagaimana dengan cara belajar (How we learn)
Setiap peserta didik memiliki cara/gaya belajar yang berbeda-beda, tidak mungkin memiliki gaya yang sama antara peserta didik satu dengan yang lain, kemungkinan kecil memiliki kesamaan gaya belajar yang sama, akan tetapi kemungkinan besarlah yang muncul adalah berbeda. Tuntutan dalam pembelajaran saat ini adalah peserta didik cepat dan mudah untuk menangkap dan memahami sesuatu hal yang disampaikan. Jika hal ini dapat diterapkan oleh peserta didik, maka julukan peserta didik tersebut berhasil, akan tetapi jika peserta didik menangkap dan memahami materi dengan sangat lambat maka hal ini dianggap gagal, namun sebenarnya belum tentu peserta didik yang lambat tidak akan bisa menyamakan kedudukannya dengan peserta didik yang cepat, akan tetapi dia hanya membutuhkan waktu saja untuk menyamakan kedudukannya. Peserta didik yang cepat belum tentu dia memiliki ketelitian dan pemikiran yang matang akan sesuatu hal yang dihadapi melainkan ketelitian dan pemikiran tersebut diputuskan secara tergesa-gesa dalam mengambil keputusan tanpa adanya memikirkan akibat yang akan ditimbulkan. Bahkan peserta didik yang lambat bisa lebih sukses dari teman yang cepat, hal ini kebanyakan peserta didik memiliki pemikiran dan pengambilan keputusan yang lebih matang agar peserta didik tersebut lebih unggul dari teman lainnya.
6.      Cara mengajar (Lecturing)
Sistem seperti ini kebanyakan peserta didik mengalami pembelajaran lebih dari 5 jam setiap harinya. Menurut Sal Khan dari Khan Academy menyebutkan bahwa “Pengalaman fundamental yang tidak manusiawi”. “Kebanyakan peserta didik-peserta didik hanya diam mendengarkan tanpa diperbolehkan untuk berinteraksi satu sama lain”. Dalam setiap kelas terdapat peserta didik yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Ada peserta didik yang bosan karena mereka duduk di belakang dan sulit untuk menjangkau informasi dari pendidiknya, dan bahkan dia tidak memahami materi meskipun informasi yang disampaikan oleh pendidik terjangkau olehnya, sehingga yang mendapatkan pemahaman lebih adalah peserta didik yang duduk di bangku depan saja. Ada salahnya jika pembelajaran itu melibatkan media internet dan digital yang masuk di dalam dunia anak jaman sekarang, karena dengan melibatkan media internet dan digital peserta didik dapat leluasa mengakses dan menggali informasi di dunia dan pembelajaranpun menyenangkan. Peserta didik pasti merasa senang dengan pembelajarannya, namun yang ditakutkan pendidik mengapa tidak diterapkan sistem pembelajaran ini adalah pendidik tidak bisa mengontrol satu persatu peserta didik apa yang diakses di luar jangkauan pendidiknya. Sistem pendidikan kita yang berkembang di era industri menjadi using dan tidak efektif, jadi kita harus menyiapkan anak-anak di dunia modern, maka tidak ada keraguan bahwa kita perlu secara fundamental mengubah sistem pendidikan kita.

Ada Yang Salahkah Dengan Sistem Pendidikan Kita .....?

            Ada Yang Salahkah Dengan Sistem Pendidikan Kita Khusunya di Negara kita    Rasanya ada yang keliru dengan system pendidikan ...